18 October 2014

Siapa kita pada pandangan-Nya?



Bismillah.
Saya mendengar suatu video yang sangat membuatkan saya terjentik rasa. Bergetar seluruh jiwa.
Ustaz Ebit Lew menceritakan,
"Suatu hari, tuan haji ini ingin membayar barang beliannya kepada seorang penjual. Lalu, penjual tersebut mengambil duit itu dan membelek-beleknya. Lama.
Tidak lama kemudian, penjual itu berkata 'Tuan Haji, duit ini palsu.' Maka, terkejutlah tuan haji tersebut lalu jatuh pengsan.
Bila dia sedarkan diri, peniaga tersebut berkata kepadanya, 'Tuan Haji, saya tidak marahkan tuan cuma saya ingin mengatakan bahawa duit tuan itu palsu, tidak bernilai.'
"Ya, saya tahu kamu tidak marahkan saya. Saya jatuh pengsan kerana saya tiba-tiba berfikir. Jika kelak saya dihitungkan amal, saya serahkan semua amalan saya lakukan di dunia kepada Allah tapi tiba-tiba Allah lalu mengatakan, 
'Semua amal yang kau lakukan palsu, dusta!' Bagaimana untuk saya hadapi situasi tersebut?"



--------
Allahuakbar. Sangat 'terasa' seolah Allah juga sedang mengatakan kepada diri sedemikian. Membuatkan hati merasa takut yang amat. Tanpa sedar air mata mencurah-curah.
"Ya Allah, aku tiada apa amal yang hebat untuk dihadapkan kepada-Mu. Aku masih belum buat apa-apa untuk Islam. Aku masih belum berjuang sungguh-sungguh untuk agama.
Aku masih sedang bertatih mengenal-Mu. Masih sedang belajar bersabar dan bersyukur. Masih sedang menghadam erti hikmah di sebalik setiap ujian.
Allah Tuhanku. Aku tiada amal, sedikit sekali. Jika amal yang sedikit ini menjadi seperti debu-debu berterbangan, maka hancurlah jiwa. Sengsaralah diri.
Allah Tuhanku. Siapalah aku pada pandangan-Mu? Tiada apa-apa. Jika bukan kerana rahmat-Mu, tidaklah hamba memiliki apapun di dunia ini. Bantu hamba untuk terus menyungkur sujud kepadaMu ya Rabbi..."

Teringat segala janji-janji dengan Tuhan. 
Ya Allah, bantu aku laksanakan segala janjiku kepada-Mu....


---------
Apabila ditanya, 'Bagaimana kita mahu mengetahui pandangan kita atau kedudukan kita di sisi Allah?"
Kata para ulamak, 'Lihatlah bagaimana kita letakkan Allah di sisi kita."
Jujurlah bertanyakan pada diri sendiri. Apakah....
Kita ingat Allah lebih banyak daripada kita ingat kepada manusia setiap hari?
Kita ingat Allah, lebih banyak kita fikirkan pandangan Allah akan terima amal kita ke tidak atau kita lebih banyak memikirkan pandangan dan kritikan manusia pada kita?
Kita ingat Allah, dengan sebenar-benar tulus ingatan, atau kita lebih banyak mengingati hal-hal keduniaan?
Jika isi dunia yang lebih banyak kita ingati, sungguh kita masih 'jauh' dari Allah sebenarnya.

Amr bin ‘Auf r.a meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda:
"Demi Allah! Bukanlah kemiskinan itu yang aku khuatirkan terhadap kamu, tetapi yang aku khuatirkan kepada kamu ialah dunia dilapangkan kepada kamu, sepertimana ia telah dilapangkan kepada orang-orang sebelum kamu,
kemudian kamu akan berlumba-lumba untuk mendapatkannya sepertimana orang-orang sebelum kamu berlumba-lumba untuk mendapatkannya. Lalu dunia akan melalaikan kamu sepertimana ia telah melalaikan mereka."
(Hadis Riwayat Bukhari)



"Kita bukan siapa-siapa.
Usah sesekali berbangga dengan apa yang kita punya.
Ia semua milik DIA, Sang pemilik utama.

Kita bukan siapa-siapa.
Usah berbangga jika manusia memuji.
Belum tentu malaikat sudi untuk memandang diri.

Kita bukan siapa-siapa.
Usah berbangga jika diri femes dikenali.
Sedangkan para langit tidak mengenali.

Kita bukan siapa-siapa.
Jika bukan Allah yang memberi pinjam kepada kita.
Bersyukurlah selalu dengan apa yang punya.
Dan teruslah ikhlas menjadi hamba-Nya, 
bukan hamba dunia."

: hikmatul islam         
: 18102014
: 0645 p.m 


14 October 2014

Tanda Cinta




"Semalam ku bermimpi,
Datang pari-pari syurga turun dan menyapa diri
'Duhai insan pilihan Allah, 
kenapa kau bergundah hati?
Tidakkah engkau melihat DIA sedang memandangmu
Dengan pandangan sepenuh cinta?'

Duhai sang pari-pari syurga
Benarkah seperti yang kau kata?
Layakkah aku menjadi yang paling diredhai-Nya?

Duhai insan pilihan Allah,
Allah itu dekat untuk orang-orang yang dekati-Nya
Allah itu tidak pernah menjauh
Untuk orang-orang yang tidak menjauhi-Nya
Pandanglah ujian yang turun sebagai nikmat
Seperti hujan yang turun penuh rahmat

Membasahi dirimu agar lebih mendekat
Dekat dengan redha-Nya
Dekat dengan maghfirah-Nya
Untuk semakin dekat melamar syurga-Nya
Tidakkah kau menginginkannya?"


Bismillah.
Ada saat-saat masanya, kita akan diduga dengan beban ujian yang bertimpa-timpa. Sekaligus. Belum sempat satu masalah itu selesai, tiba-tiba datang pula tiga masalah yang lain serentak.
Ada saat-saat masanya, semua yang kita lakukan serba tidak kena. Serba tidak menjadi.
Ada saat-saat masanya, apa yang kita usahakan baik pada pandangan mata kita rupanya menjadi suatu hasil yang sangat buruk. Keadaan malahan menjadi lebih teruk.
Pernahkah kalian berada di situasi tersebut?
Sempit jiwa seketika. Ingin bernafas pun terasa sesaknya dada.
Saat-saat yang akal seperti sudah 'jem' berfikir mencari solusi yang tidak berjumpa, mencari-cari jawapan pada setiap persoalan yang timbul, namun tiada penyelesaian.
Saat itu, sebaris patah sahaja yang bagai terngiang-ngiang di telinga.
"Sabar dan solat."
"Sabar dan solat."
"Sabar dan solat."


"Para ulamak Sufi mengatakan:
Jika seseorang itu tidak ditimpa apa-apa ujian dalam tempoh 40 hari, bimbangilah dia tidak lagi dipedulikan oleh Allah.
Sesungguhnya setiap dugaan yang datang itu adalah tanda cinta-Nya kepada manusia."


-------
Telekung itu lencun. Subhanallah. Betapa ajaibnya rasa Allah berikan.
Bila sujud lama-lama, segala perasaan yang berombak menyesakkan dada itu hilang serta merta. Rasa galau dan sedih, segera terusir. Digantikan dengan rasa sangat tenang, aman.
Syukur, air mata cinta tidak pernah mengering. Di saat-saat itu, satu baris namanya sahaja yang ingin dipanggil. Terus-menerus tanpa henti.
"Allahu Allah..."
"Tuhanku, aku tidak kuat. Namun Engkau Maha Kuat. Berikan daku kekuatan demi kekuatan, untukku tempuhi segala dugaanMu.
Tuhanku, aku tidak pandai. Namun Engkau Maha Bijaksana. Berikan daku solusi dan penyelesaian bagi setiap permasalahanku.
Tuhanku, aku tidak reti untuk mentafsirkan segala dugaanmu. Namun Engkau Maha Mengetahui takdir hidupku. Bukakan daku hikmah satu persatu, agar ku lebih merasai manisnya cinta-Mu padaku.
Tuhanku, aku tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan? Namun Engkau Maha Hadi Pemberi petunjuk, berikan daku petunjuk dan hidayah-Mu selalu agar aku tetap berada di jalan-Mu, tolong jangan sampai aku tersasar arah tujuan kepada-Mu.
Tuhanku, ku serahkan diriku sepenuhnya pada-Mu. Hidup dan matiku hanya untuk-Mu. Perbaikilah segala urusan duniaku, dan perbaikilah urusan akhiratku agar ku kembali nanti dengan hati yang saleem kepada-Mu..."

"Perhatikanlah,
Di sebalik ujian yang datang bertimpa-timpa itu sebenarnya Allah sedang ingin 'menghadiahkan' suatu kemanisan yang tidak akan disangka-sangka.
Teruslah berbaik sangka kepada-Nya."



-------
Tuhanku, aku tidak punya sesiapa selain-Mu. Aku hanya punyai Engkau satu-satunya tempat ku bergantung harap. Biar manusia tidak memandang padaku, asal Kau sentiasa sudi memandangku.
Biar manusia tidak akan pernah mampu mengerti hatiku, jiwaku, namun Engkau maha mengerti segala rasaku. Biar manusia mengatakan apa jua dalam pandangan mereka namun ku tahu Engkau tidak seperti itu.
Biar manusia mengatakan ia mustahil, namun tidak ada satu pun yang mustahil pada-Mu. Bila mana Engkau berkata Kun, Fayakun maka terjadilah ia seperti kehendak-Mu.
Tuhanku, cukuplah Engkau untukku terus berjalan. Bukan manusia yang membahagiakanku, tapi Engkau yang selalu membahagiakan diriku dengan cara-Mu. Pujukan-Mu, belaian-Mu, dekapan-Mu. Jauh lebih indah dan nyaman dari sekalian makhluk yang ada.
Tuhanku, jangan Kau palingkan hatiku setelah Kau berikan keyakinan padaku. Tetapkanlah daku berada dalam garis lurus-Mu. Tetapkanlah daku dalam keimanan yang utuh pada-Mu.
Teguh-teguh, selalu...


------
Wahai jiwa. Biasakan dirimu didera derita, bukan dihiasi jalan kesenangan semata.
Derita demi derita itu, sebenarnya lebih mengajarkan kita Allah itu sangat Kuasa di atas segalanya. Allah Pemilik mutlak kita, Allah Pengawal seluruh kehidupan kita. 
Siapalah kita tanpa-Nya?
Wahai diri, jika engkau jatuh lagi, bangkitlah kembali. Jika jatuh lagi, bangun lagi dan lagi. Jangan pernah berputus asa dengan Ilahi, meskipun kau berputus asa dengan duniawi.
Wahai diri, dunia ini sekejap sahaja. Sekejap sahaja kau hidup. Sedangkan mati itu, suatu perjalanan yang cukup panjang. Tak mengapa kau rasa lelah, penat dan letih sekarang. 
Tapi Allah sudah mengira setiap usahamu. Allah sudah mengira butir-butir air matamu. Allah hanya ingin melihat keyakinanmu pada-Nya.
Nanti, akan Allah hadiahkan kau dengan imbalan syurga. Bahagia di dunia cuma sekejap sahaja, tapi bahagia di syurga selama-lamanya. 
Senyumlah. Syukurlah selalu kepada-Nya. DIA selalu sayang padamu. DIA selalu cinta pada hambanya yang tetap beriman.
Duhai hati, jangan kau sesekali mengeluh. Tapi sentiasalah berbisik dengan-Nya. Bisikan-bisikan cinta. Bahawa kau cintai Allah lebih dari segalanya. Ia perlukan bukti. 
Kerana itu Allah menguji lagi dan lagi. Biarlah Allah menguji. Sehingga nanti, DIA tahu kau benar-benar ikhlas menjadi hamba Ilahi. Ikhlaskanlah.





"Ya Allah Ya Tuhanku
Terima kasih untuk tanda cintaMu
Tanda-tanda ini, akan aku simpan sebagai kekuatan
Meneruskan perjuangan kehidupan
Jangan biarkan daku sendirian tanpa pertolongan
Ku damba Engkau di setiap perjalanan
Kurniakanku ketabahan dan kecekalan
Hanya pada-Mu ku terus bersandar harapan..."




p/s: Ketenangan dari kesesakan dunia, Allah berikan ilham yang mencurah-curah untuk menghasilkan buku kedua. Terima kasih Allah. Segala puji bagi-Mu yang Maha Pemurah. Lebih fokus untuk dakwah, harus fokus untuk ummah.
Terus sabar menanti proses kemunculan buku pertama. Sungguh terasa penantian yang sangat lama. Tuhanku, bukan soal cepat atau lambat, yang jauh lebih penting ku mohon dengan sangat, 'balutkan' buku tersebut dengan tanda cintaMu pada seluruh makhlukMu. Biar mereka turut merasai tanda cinta dariMu sepertimana Engkau berikan rasa itu kepadaku...Allahumma amin.


: hikmatul islam         
: 14102014
: 0345 p.m 

03 October 2014

'Pengorbanan' : Bukti Cinta Kita kepada-Nya





"Setitik demi setitik.
Air mata itu gugur jua ke pipi.
Tuhanku. Betapa beratnya ku rasakan
Setiap pengorbanan yang dipersembahkan
Semoga Engkau sudi untuk memandang
Dan mengira setiap butir zarah amalan.

Meski demikian,
Banyaknya kecacatan dan kekurangan
Namun tetap ku berharap sepenuh harapan
Titipkan padaku sejuta keyakinan dan kepercayaan
Sematkan padaku sebuah kekuatan dan ketabahan
Dalam melayari setiap ujian dan dugaan kehidupan..."

Bismillah.
Di saat hati rasa terpuruk, jiwa rasa terjeruk.
Di saat diri merasa lelah dengan pelbagai masalah, di saat diri merasa lemah dengan ujian yang tak sudah.
Ketahuilah, dan sedarilah. Itu cuma hanya cebisan pengorbanan kita sebagai hamba Allah.
Hidup ini sentiasa perlu berkorban. Antara suka atau tidak, antara mahu atau tidak, antara perlu memilih atau tidak.
Begitulah lumrah kehidupan di dunia. Kerana dunia adalah medan ujian. Medan kita menghamburkan seribu satu pengorbanan.
Berkorban harta benda. Berkorban tenaga dan masa. Berkorban perasaan dan segala-galanya untuk membahagiakan orang yang tercinta.
Namun, setinggi-tinggi pengorbanan adalah pengorbanan kita pada yang Maha Esa.
Kita merasakan, berkorban pelbagai harta, tenaga dan masa untuk orang yang kita cintai itu adalah pengorbanan yang cukup besar kita lakukan.
Rupanya, ia terlalu kecil wahai diri. Cebisan tanda cinta kita pada manusia rupanya berada di aras yang terendah.
Sedangkan pengorbanan yang paling tinggi adalah berkorban apa jua untuk DIA, Sang Pencipta kita.
Mengorbankan diri untuk jalan juang dan berkhidmat untuk agama-Nya, itu lebih utama.
------


Jika Nabi Ibrahim a.s sanggup menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s, apakah Allah ada menguji kita sedemikian rupa?
Rupanya, di sebalik kisah yang diabadikan dalam kitab suci Al-Quran itu adalah untuk mengajar kita, bahawa erti pengorbanan yang tiada tara seorang hamba kepada Rabb-nya.
Lihatlah. Betapa simbolik yang Allah ajarkan untuk kita fahami, hayati dan renungi. Dalam kehidupan kita ini, tidak akan lari dari diuji dengan orang kesayangan.
Allah memberikan contoh yang paling dekat. Ikatan kekeluargaan yang paling rapat antara ayah dan anak, sanggupkah jika kita menjadi ayah yang menyembelih anak sendiri?
Atau sanggupkah kita menjadi anak yang rela berserah diri untuk disembelih tatkala datangnya perintah Allah itu?

"Maka ketika anak itu sampai(pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata: "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah bagaimana pendapatmu.”
Dia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”. [As-saffat: 102]

Tidak akan sanggup. Namun Rasul kita mengajarkan pengajaran yang cukup penting dari kisah tersebut, yang dapat kita ambil ibrahnya untuk terus kuat menghadapi setiap ujian Allah.
Pertama, Rasul hendak menyampaikan mesej bahawa tahap keyakinan dan kepercayaan kita kepada Allah adalah syarat yang paling utama.
Pegangan dan akidah yang dipegang itu harus sentiasa teguh, walau apa jua badai yang melanda.
Kerana itu mereka membawa risalah untuk kita mengesakan Allah, agar benar-benar bulatkan hati dan seluruh jiwa raga kita beriman dengan Tuhan yang Maha Satu, satu-satunya tempat kita mengabdikan diri dan menyerahkan sepenuh jiwa.
Jika di syarat yang pertama ini kita telah rapuh, maka langkah-langkah pengorbanan yang lain akan menjadi rapuh dan lemah. Akan merasakan beban yang cukup berat dan lelah.
Sekali lagi direnungi kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Jika difikirkan dari sudut logik akal, tidakkah permintaan Allah itu tidak relevan? Terlalu sukar dan tidak akan termampu untuk dipikul oleh mereka?
Kerana itulah batasan akal kita. Terhad. Dan kerana itulah kita memerlukan pagar iman, kerana hanya dengan iman akan menuntun kita berbuat sesuatu yang melebihi dari logik akal.
Sebenarnya tidak pelik. Bukankah orang yang asyik bercinta, akan sanggup berbuat apa sahaja untuk kekasih hatinya?
Sehingga sanggup meredah apa jua, berkorban jiwa raga untuk memberikan yang terbaik buat kekasih kecintaannya?
Nah! Begitulah pengorbanan Rasul kita, tahap kecintaan Nabi Ibrahim a.s kepada Tuhan jauh lebih tinggi dan melebihi dari kecintaannya pada anaknya, Nabi Ismail a.s.
Namun, tidaklah disangkal, betapa beratnya bebanan perasaan yang dirasai oleh Nabi Ibrahim untuk melaksanakan tugas tersebut?
Berat, dan bukan suatu yang mudah kecuali hati yang Allah pimpin untuk menjadi kuat.
Itulah pengajaran kedua, meletakkan kecintaan kita sepenuh hati dan jiwa kepada Allah melebihi manusia perlukan suatu jihad dan pengorbanan yang cukup besar.
Bukti cinta yang suci. Kemuncak cinta yang tulus kepada yang Maha Agung.
------


Sebenarnya, begitulah dalam kehidupan kita ini.
Setiap orang, ada ujiannya masing-masing. Setiap orang akan merasai beban perit dan erti pengorbanan itu.
Benar, kita bukan Nabi. Namun, Allah telah memberikan kita petunjuk untuk dituntun setiap langkah agar kita kembalikan semuanya pada DIA yang utama.
Sepertimana beratnya Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah, begitu juga dengan kita yang bertaraf hamba biasa ini.
Yang lagi sedang mencuba dan terus berusaha untuk menjadi hamba-Nya yang soleh.
Yang lagi sedang mencuba dan terus berusaha sedaya mungkin melaksanakan segala yang Allah perintahkan kepada kita.
Melakukan kebaikan dan ketaatan bukan semudah dikata. Semuanya memerlukan pengorbanan yang tinggi.
Meninggalkan tampalan dosa-dosa yang lalu dan kesukaan nafsu dunia semata kerana inginkan redha-Nya, itu juga memerlukan seribu satu pengorbanan.
Bukan mudah. Sungguh bukan mudah. Perit. Pahit.
Jika ia mudah, tidak pula dinamakan 'pengorbanan.' Korban ini memerlukan air mata cinta, sepenuh jiwa yang meletakkan Allah dalam setiap hal yang dilakukan.
Walau demikian, sebenarnya Allah mahu menghadiahkan sebuah hadiah yang sangat besar pada atas segala kesabaran kita dalam mengorbankan diri kepadaNya.
Hadiah syurga yang kekal abadi. Subhanallah.
Sepertimana Allah gantikan seekor kibasy tatkala saat-saat Nabi Ibrahim a.s ingin menyembelih tengkuk anaknya Nabi Ismail, seperti itulah yang Allah ingin tunjukkan kekuasaan dan keagungannya kepada kita.
Setiap pengorbanan pasti akan ada ganjarannya. Yakinlah. Dan tetapkanlah kesabaranmu dalam kepercayaan kepadaNya yang tidak berbelah bahagi.

"Daging dan darah binatang korban atau hadiah itu tidak sekali-kali akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepadaNya ialah amal yang ikhlas yang berdasarkan taqwa dari kamu.
Demikianlah Ia memudahkan binatang-binatang itu bagi kamu supaya kamu membesarkan Allah kerana mendapat nikmat petunjukNya.
Dan sampaikanlah berita gembira (dengan balasan yang sebaik-baiknya) kepada orang-orang yang berusaha supaya baik amalnya." [AL-Hajj: 37]



------
Pengajaran ketiga.
Sesungguhnya, kita sentiasa memerlukan bekalan iman. Untuk menghadapi jalan juang dan pengorbanan yang panjang.
Jika kita kehilangan iman, pudar keyakinan dan tidak lagi mempercayai kekuasaan-Nya, maka kita sebenarnya telah kalah.
Dan paling dibimbangi kita berkorban yang sia-sia. Ya, itu yang paling takut.
Kita fikir, kita telah banyak berkorban segala-galanya. Namun, ia cuma untuk manusia semata, bukan untuk DIA. Nauzubillah.
Kita bukan pencinta manusia yang bergadai apa jua untuk mendapatkan cinta manusia yang tidak kekal abadi.
Namun kita adalah seorang hamba yang sedang menjadi pencinta yang sedang berkorban mencari keredhaan-Nya.
Apalah erti pengorbanan tersebut jika ia sedikit pun tidak dipandang Allah? Malah segala amal-amal menjadi debu yang berterbangan.
Allahu Allah. Jagai iman kami, agar kami tetap benar beriman kepada-Mu dengan sebenar-benar iman. Bukan iman yang palsu.
Ya Tuhan kami. Berikan kami kecintaan padu padaMu, rasa cinta yang tidak berbelah bahagi, sanggup mengorbankan apa jua yang ada pada diri kami pada jalanMu.
Kerana ingin kami yakin dan percayai, janjiMu Maha Benar. Setiap pengorbanan akan pasti ada ganjaran. Sebaik-baik pembalasan dariMu Tuhan, untuk kami yang beriman.
PadaMu dihadapkan wajah-wajah, ampuni dosa-dosa kami dan terimalah 'korban' kami ini.
Allahumma amin ya Rabbana.
Salam Eidul Adha, 1435H.

"Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya kerana mencari keredaan Allah semata-mata; dan Allah pula amat belas-kasihan akan hamba-hambanya." [Al-Baqarah: 207]



: hikmatul islam         
: 9 Zulhijjah 1435H
: 0150 a.m 

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...